Gudeg Yogyakarta: Kisah Kuliner yang Lebih Tua dari Kotanya

17 Agu 2024

Yogyakarta, 17 Agustus 2024 - Di balik kelezatan seporsi gudeg, tersimpan sejarah panjang yang bahkan mendahului kelahiran Kota Yogyakarta sendiri. Kuliner ikonik ini tidak hanya memanjakan lidah, tetapi juga menjadi saksi bisu perjalanan sejarah dan budaya Tanah Jawa.

Asal-Usul yang Melegenda

"Gudeg sudah ada sejak abad ke-15, jauh sebelum Kota Yogyakarta berdiri," ungkap Prof. Dr. Murdijati Gardjito, pakar kuliner Nusantara dari Universitas Gadjah Mada. Menurut beliau, gudeg lahir saat pembangunan Kerajaan Mataram Islam di alas Mentaok, daerah Kotagede.

Kreativitas di Tengah Kelimpahan

Sejarah gudeg bermula dari pembukaan lahan untuk kerajaan. "Para prajurit yang ditugaskan membuka hutan menemukan melimpahnya pohon nangka dan kelapa," jelas Romo Budi Subanar, sejarawan Yogyakarta. Kreativitas mereka dalam mengolah bahan-bahan ini melahirkan resep gudeg yang kita kenal sekarang.

Proses Memasak yang Unik

Ibu Sri Hartatik, juru masak gudeg senior di Wijilan, menjelaskan proses memasak gudeg yang unik. "Dulu, gudeg dimasak dalam kuali besar dan diaduk terus-menerus dengan pengaduk sebesar dayung perahu. Proses mengaduk ini dalam bahasa Jawa disebut 'hangudek', yang akhirnya menjadi asal nama gudeg."

Dari Makanan Prajurit ke Hidangan Istana

Awalnya hanya dinikmati prajurit, gudeg kemudian naik kelas menjadi hidangan para tamu Kerajaan Mataram di abad ke-16. "Ini menunjukkan bagaimana sebuah makanan rakyat bisa menjadi simbol kebanggaan kerajaan," komentar Prof. Gardjito.

Gudeg di Era Modern

Popularitas gudeg semakin meningkat seiring berdirinya Universitas Gadjah Mada pada 1949. "Mahasiswa dari berbagai daerah yang datang ke Yogya turut mempopulerkan gudeg ke seluruh Indonesia," ujar Bapak Heri Zudianto, mantan Walikota Yogyakarta.

Pemerintah Kota Yogyakarta juga berperan dalam melestarikan gudeg. "Pembangunan kawasan gudeg di Jalan Wijilan pada tahun 1970-1980an menjadi langkah penting dalam pelestarian kuliner ini," tambah Bapak Zudianto.

Variasi dan Inovasi

Seiring waktu, gudeg mengalami berbagai inovasi. "Kini kita mengenal gudeg basah dan gudeg kering," jelas Ibu Hartatik. "Bahkan ada gudeg kaleng yang lebih praktis dan tahan lama, meski tetap mempertahankan cita rasa aslinya."

Gudeg sebagai Identitas Kota

Bagi Yogyakarta, gudeg bukan sekadar kuliner, tapi juga identitas. "Gudeg adalah cerminan filosofi hidup orang Yogya: sederhana namun kaya makna," ungkap Romo Subanar.

Penutup

Gudeg Yogyakarta adalah bukti nyata bagaimana sebuah hidangan bisa menjadi saksi sejarah, simbol kreativitas, dan pengikat budaya. Lebih dari sekadar makanan, gudeg adalah warisan yang terus hidup dan berkembang.

"Mari kita nikmati gudeg bukan hanya sebagai kuliner, tapi juga sebagai penghargaan terhadap sejarah dan budaya kita," ajak Prof. Gardjito menutup pembicaraan.

Bagi SobatHW yang berkunjung ke Yogyakarta, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi gudeg dan merasakan sendiri kelezatan sejarah dalam setiap suapannya.


Original article: https://hellowayang.com/travel/culinary/menelusuri-jejak-kuliner-gudeg

Dapatkan informasi
Budaya Indonesia terkini

Berita Budaya Terkini