Kolak: Manis Rasa, Dalam Makna
17 Agu 2024
Jakarta, 17 Agustus 2024 - Saat bulan Ramadhan tiba, aroma manis dan gurih kolak seolah menjadi penanda waktu berbuka puasa di seluruh pelosok Indonesia. Lebih dari sekadar hidangan pelepas dahaga, kolak menyimpan sejarah panjang dan makna mendalam dalam penyebaran Islam di Nusantara, khususnya di tanah Jawa.
Sejarah yang Tersirat dalam Setiap Suapan
"Kolak bukan hanya hidangan pembuka puasa, tapi juga menjadi media dakwah yang efektif di masa lalu," ujar Prof. Dr. Azyumardi Azra, sejarawan dan guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Menurut beliau, para Wali Songo, penyebar Islam di Jawa, menggunakan berbagai metode kreatif dalam dakwah mereka, termasuk melalui makanan seperti kolak.
Filosofi dalam Setiap Bahan
Kolak, yang umumnya terdiri dari pisang, ubi, singkong, kolang-kaling, atau labu kuning, ternyata menyimpan makna filosofis di setiap bahannya.
Kata "Kolak" sendiri merujuk pada "Khalik", yang berarti Pencipta, menunjuk kepada Allah SWT.
Pisang kapok, bahan yang sering digunakan, memiliki makna bahwa manusia harus "kapok" atau bertobat kepada Tuhan.
Ubi atau "telo pendem" (ketela yang dipendam) melambangkan bahwa kita harus mengubur kesalahan masa lalu dan tidak mengulanginya.
"Setiap bahan dalam kolak mengajarkan kita tentang introspeksi diri dan mendekatkan diri kepada Allah," jelas Ustadz Ahmad Sarwat, Lc, MA, pakar fiqih kontemporer.
Dari Tradisi Menjadi Favorit
Awalnya, kolak hanya disajikan pada bulan Ruwah (Sya'ban) dan berlanjut ke Ramadhan. "Ini dimaksudkan agar masyarakat lebih dulu mendekatkan diri kepada Allah sebelum memasuki bulan puasa," tambah Prof. Azra.
Seiring waktu, kolak menjadi menu takjil favorit di seluruh Indonesia. Ibu Siti Aminah, penjual kolak di Pasar Bendungan Hilir Jakarta, mengatakan, "Sekarang, orang mencari kolak bukan hanya saat Ramadhan. Bahkan sebelum puasa pun sudah banyak yang pesan."
Manfaat Kesehatan di Balik Kelezatan
Selain kaya makna, kolak juga menawarkan manfaat kesehatan. Dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, ahli gastroenterologi dari FKUI-RSCM, menjelaskan, "Kandungan gula dan karbohidrat dalam kolak efektif mengembalikan energi setelah berpuasa. Namun, tetap harus dikonsumsi secukupnya."
Variasi Modern Kolak
Di era modern, kolak telah mengalami berbagai inovasi. "Sekarang ada kolak durian, kolak alpukat, bahkan kolak es krim," ujar Chef Ragil Imam Wibowo, pakar kuliner Indonesia. Meski demikian, ia menekankan pentingnya menjaga esensi dan filosofi asli kolak.
Penutup
Kolak bukan sekadar hidangan pembuka puasa. Ia adalah saksi sejarah penyebaran Islam di Nusantara, pembawa pesan moral, dan pengikat tradisi yang terus hidup hingga kini.
"Mari kita nikmati kolak tidak hanya sebagai pelepas dahaga, tapi juga sebagai momen introspeksi dan penghayatan nilai-nilai Ramadhan," ajak Ustadz Sarwat menutup pembicaraan.
Bagi SobatHW yang ingin merasakan manisnya tradisi dan dalamnya makna, segelas kolak bisa menjadi pilihan tepat untuk menu berbuka puasa hari ini.
Original article: https://hellowayang.com/travel/culinary/makna-tersembunyi-di-balik-sajian-kolak

Dapatkan informasi
Budaya Indonesia terkini
Berita Budaya Terkini