Kue Balok: Perjalanan Manis Kudapan Khas Bandung dari Era Kolonial

17 Agu 2024

Bandung, Jawa Barat - Di tengah hiruk pikuk kota Bandung, tersembunyi sebuah warisan kuliner yang telah menemani masyarakat sejak era kolonial. Kue balok, dengan bentuknya yang khas persegi panjang dan warna cokelat yang menggoda, telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya sarapan dan teman minum teh masyarakat Bandung.

Asal-usul yang Mengejutkan

Meskipun dikenal sebagai makanan khas Jawa Barat, sejarah kue balok ternyata berakar pada masa penjajahan Belanda. Para kolonial yang mendiami kawasan Bandung sering menyantap kue dan roti, termasuk cikal bakal kue balok.

"Awalnya, kue balok berbentuk putih polos dan bercita rasa manis," ujar seorang pemerhati kuliner lokal. "Resep kue padat ini kemudian diketahui warga Bandung yang mulai mencoba membuatnya sendiri."

Dari Makanan Penjajah Menjadi Favorit Pribumi

Ternyata, kue balok mendapat sambutan hangat dari masyarakat pribumi. Teksturnya yang padat dan mengenyangkan bahkan mampu mengalahkan popularitas roti pada masa itu.

"Sekitar tahun 1952 hingga 1959, kue balok menjadi alternatif sarapan yang populer," tambah sang pemerhati kuliner. "Selain bubur hanjeli dan bubur labu siam yang ditaburi potongan tahu, kue balok menjadi pilihan favorit masyarakat Bandung."

Cara Menikmati yang Khas

Pada masa jayanya, pedagang kue balok kerap terlihat di Jalan Astana Ayar Persimpangan Pagarsih dan di Tegalega, menjajakan dagangan mereka dengan gerobak pikul. Para pembeli biasanya akan berjongkok atau "nagog" sambil menikmati dua buah kue balok yang disandingkan dengan secangkir teh atau kopi hangat.

Kebiasaan ini sebenarnya terinspirasi dari budaya sarapan para saudagar Belanda yang selalu menyajikan onbijtkoek (roti) serta bokkepootjes (kue kering) sebelum bekerja.

Nama yang Hampir Berubah

Menariknya, sekitar tahun 1960-an, kue balok hampir berganti nama menjadi "kue Robur". Hal ini terjadi karena bentuk kue balok yang mirip dengan bus kecil bermerk Robur dari Jerman Timur yang menjadi bantuan untuk kota Bandung pada tahun 1966.

"Namun, perubahan nama ini tidak jadi dilakukan karena masyarakat sudah terlanjur akrab dengan sebutan kue balok," jelas sang pemerhati kuliner.

Julukan Unik dan Filosofinya

Kue balok juga dikenal dengan julukan "jibeuh", singkatan dari "hiji ogé seubeuh" yang dalam bahasa Sunda berarti "satu pun kenyang". Julukan ini mencerminkan kandungan kalori tinggi dalam kue balok yang membuat perut cepat terasa kenyang.

Proses Pembuatan yang Tradisional

Pembuatan kue balok melibatkan bahan-bahan sederhana seperti tepung terigu, vanili, telur, susu kental manis, soda kue, margarin, dan gula pasir.

"Proses pembuatannya masih sangat tradisional," ujar seorang pembuat kue balok. "Adonan diaduk manual hingga kental, kemudian dibentuk menggunakan cetakan khusus yang dipanaskan dengan api dari arang kayu."

Proses memasak yang perlahan inilah yang memberikan kue balok aroma bakar yang khas dan kuat, menjadi ciri khas versi klasiknya.

Warisan Kuliner yang Harus Dilestarikan

Kue balok bukan sekadar kudapan biasa. Ia adalah saksi bisu perjalanan kuliner Bandung, dari masa kolonial hingga era modern. Meskipun kini bersaing dengan berbagai jajanan modern, kue balok tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Bandung.

Bagi SobatHW yang berkunjung ke Bandung, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi kue balok. Nikmati sepotong sejarah yang manis ini, sambil mengenang perjalanan panjang warisan kuliner kota Bandung.


Original article: https://hellowayang.com/travel/culinary/mengenal-kue-balok-yang-elok

Dapatkan informasi
Budaya Indonesia terkini

Berita Budaya Terkini