Merayakan Tradisi: Upacara Yadnya Kasada Suku Tengger di Gunung Bromo

17 Agu 2024

Gunung Bromo, Probolinggo - Setiap tahun, pemandangan spektakuler menghiasi kaki Gunung Bromo saat Suku Tengger melaksanakan upacara sakral Yadnya Kasada. Tradisi yang telah berlangsung selama berabad-abad ini menjadi bukti kuat warisan budaya Indonesia yang masih terjaga hingga kini.

Sejarah dan Makna Upacara

Yadnya Kasada, juga dikenal sebagai Kasada, merupakan ritual tahunan yang dilakukan oleh Suku Tengger sebagai ungkapan rasa syukur, permohonan keberkahan, keselamatan, dan kemakmuran. Upacara ini juga dipercaya sebagai cara untuk memohon tolak balak guna menjauhkan malapetaka kepada Sang Hyang Widhi atau Tuhan.

Ritual ini berakar pada legenda Roro Anteng dan Joko Seger, pasangan yang dianggap sebagai cikal bakal Suku Tengger. Cerita ini telah diturunkan dari generasi ke generasi, mengingatkan masyarakat Tengger akan janji dan pengorbanan leluhur mereka.

Persiapan dan Pelaksanaan Upacara

Upacara Yadnya Kasada dilaksanakan setiap bulan Kasada hari ke-14 dalam penanggalan Hindu Tengger. Meskipun status Gunung Bromo terkadang berada dalam kondisi waspada, ritual ini tetap dilaksanakan.

Persiapan dimulai jauh-jauh hari dengan menyiapkan sesaji berupa hasil bumi, ternak, dan bahkan uang yang akan dipersembahkan. Semua ini disimpan dalam wadah khusus yang disebut ongkek.

Rangkaian Acara yang Mempesona

Puncak upacara dimulai pada tengah malam saat bulan purnama. Prosesi sakral diawali dengan pembacaan mantera oleh tetua adat dan pengambilan air suci dari Gunung Widodaren untuk ritual nglukat umat, sebuah upacara penyucian jiwa yang dilakukan di Poten.

Acara dibuka dengan pementasan tari Sembilan Dewa serta tari Roro Anteng dan Joko Seger. Tarian ini dianggap sakral bagi warga Tengger dan menjadi bagian integral dari ritual.

Selanjutnya, dilakukan pembacaan kidung-kidung religi diiringi gamelan, penyucian tempat persembahyangan, pembacaan kitab suci Weda, dan pembacaan sejarah Kasada.

Acara dibuka dengan pementasan tari Sembilan Dewa serta tari Roro Anteng dan Joko Seger. Tarian tersebut dianggap sakral bagi warga Tengger. 

Berikut rangkaian lengkap Upacara Yadnya Kasada:

  1. Setelah itu, upacara ritual mulai disiapkan, lalu dilanjutkan dengan pembacaan kidung-kidung religi diiringi gamelan. Kemudian mensucikan tempat persembahyangan, pembacaan kitab suci Weda hingga pembacaan sejarah Kasada serta perkawinan Rara Anteng dan Jaka Seger yang merupakan cikal bakal suku Tengger.

  2. Proses selanjutnya ialah membagikan bija yang ditempelkan pada bagian wajah, memberikan wewangian atau bunga di sebelah kanan, membakar dupa di perapen, dan memercikkan tirta di kepala dan wajah umat. Kemudian dilanjutkan ke muspa atau sembahyang yang dipimpin oleh pinandhita dan dibantu oleh para pemuka.

  3. Pasca sembahyang, ritual dilanjutkan dengan pembacaan mantra. Mantra ini terdiri dari lima mantra yang berisi puji-pujian terhadap Tuhan dan permohonan agar diberikan kehidupan yang damai. Lalu pemilihan calon dukun adat yang menggantikan dukun sebelumnya.

  4. Setelah itu, seluruh penduduk berkumpul untuk menuju kawah Gunung Bromo. Secara beriringan dan berbaris, mereka berjalan menuju kawah sambil membawa hasil bumi, seperti: hewan ternak, hasil pertanian, hingga uang sebagai sesaji yang disimpan dalam wadah bernama ongkek, serta diiringin doa sesuai niat masing-masing.

  5. Sesampainya di kawah Gunung Bromo, sesaji yang berasal dari hasil kekayaan suku Tengger setiap tahun tersebut dilarung ke dalam kawah. Segala sesuatu yang dilempar ke dalam kawah menjadi bermakna pengabdian pada Sang Hyang Widhi, pengorbanan, penyucian diri, rasa syukur, penjagaan hubungan harmonis dengan alam, dan penghormatan pada leluhur mereka.

  6. Adapun kawah untuk melempar sesaji tersebut disebut pelabuhan. Alasannya karena tempat tersebut menjadi tempat pelabuhan semua persembahan sebagai pesan leluhur mereka, Kyai Kusuma atau Raden Kusuma.

  7. Terakhir ditutup dengan slametan atau selamatan. Adapun penutupan ini dilakukan di desa masing-masing yang dipimin oleh dukun adat setempat.

Puncak Upacara: Persembahan di Kawah Bromo

Klimaks upacara terjadi saat seluruh penduduk beriringan menuju kawah Gunung Bromo. Mereka membawa ongkek berisi sesaji untuk dilarung ke dalam kawah. Kawah tempat melempar sesaji ini disebut pelabuhan, mengikuti pesan leluhur mereka, Kyai Kusuma atau Raden Kusuma.

Melempar sesaji ke kawah bukan hanya ritual, tapi simbol pengabdian pada Sang Hyang Widhi, pengorbanan, penyucian diri, rasa syukur, penjagaan hubungan harmonis dengan alam, dan penghormatan pada leluhur.

Dampak Ekonomi dan Pariwisata

Upacara Yadnya Kasada tidak hanya penting secara budaya, tetapi juga memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi lokal. Setiap tahun, jumlah wisatawan yang datang untuk menyaksikan upacara ini meningkat, berdampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar.

Tantangan dan Pelestarian

Meskipun upacara ini terbuka untuk umum dan dari agama apapun, pelestarian nilai-nilai aslinya menjadi tantangan. Penting untuk menjaga kesucian ritual ini sambil membuka diri terhadap minat publik yang semakin besar.

Harapan untuk Masa Depan

Suku Tengger berharap tradisi Yadnya Kasada akan terus berlanjut dan dihargai oleh generasi mendatang. Upacara ini bukan sekadar ritual, tapi merupakan jati diri Suku Tengger dan bukti kekayaan budaya Indonesia.

Upacara Yadnya Kasada menjadi pengingat akan pentingnya menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan Sang Pencipta. Bagi SobatHW yang ingin menyaksikan langsung kemegahan upacara ini, jangan lupa untuk menghormati tradisi dan menjaga kelestarian lingkungan Gunung Bromo.


Original article: https://hellowayang.com/travel/indonesia/mengenal-upacara-yadnya-kasada

Dapatkan informasi
Budaya Indonesia terkini

Berita Budaya Terkini