Nusa Tenggara Wastra

20 Agu 2024

4.1 Variasi tenun dan batik khas dari Nusa Tenggara

Nusa Tenggara, yang mencakup Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT), memiliki kekayaan budaya yang tercermin dalam variasi tenun dan batik khas daerah tersebut. Berikut adalah informasi tentang variasi tenun dan batik khas dari Nusa Tenggara, termasuk motif, warna, dan teknik pembuatan yang unik:

Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur

  • Motif: Tenun ikat NTT dikenal dengan motifnya yang kaya dan beragam, mencerminkan kehidupan dan kepercayaan masyarakat setempat. Beberapa motif tenun ikat yang terkenal adalah motif Jago, Gading, Gajah, Kapas, Lontar, Tumpal, dan Perhiasan[2]. Ragam hias tenun dari Timor Tengah Utara misalnya, berhias biawak atau tokek, yang melambangkan kehidupan di dunia bawah[5].

  • Warna: Proses pewarnaan tenun ikat NTT banyak menggunakan warna biru indigo yang diperoleh dari tanaman mengkudu, kuning dari kemiri dan kunyit, serta hitam dari lumpur atau campuran tertentu dari indigo dengan zat warna lain[5].

  • Teknik Pembuatan: Tenun ikat adalah seni membuat kain dengan cara menenun benang dan pembuatan motifnya dengan cara diikat dengan tali plastik menurut pola tertentu sebelum dicelupkan pada zat warna[2].

Batik Sasambo Nusa Tenggara Barat

  • Motif: Batik Sasambo memiliki empat motif utama, yaitu motif sasambo, mada sahe (mata sapi), kakando (tunas bambu), dan uma lengge (rumah adat). Motif mada sahe menampilkan ragam hias mata sapi dengan warna dasar kain hitam dan motif wajik dan zig-zag. Motif kakando memadukan ragam hias garis dan bunga dengan warna dominan merah marun. Motif uma lengge menampilkan ragam hias rumah adat dengan warna dominan hitam dan oranye[1][6].

  • Warna: Batik Sasambo didominasi warna-warna cerah seperti merah, kuning, biru, dan hijau. Warna merah melambangkan energi, semangat, dan keberanian; kuning melambangkan kebahagiaan; biru melambangkan peruntungan yang baik, cinta, dan kedamaian; hijau melambangkan kesuburan, daya tahan, keseimbangan, dan persahabatan[6].

  • Teknik Pembuatan: Batik Sasambo diproses dengan menggunakan teknik tradisional, di mana keahlian tangan sang perajin dibutuhkan untuk membuat pola, motif, dan warna pada batik. Uniknya, teknik melepas lilinnya menggunakan potongan besi yang ujungnya telah dipanaskan[1][6].

Batik Kupang Nusa Tenggara Timur

  • Motif: Batik Kupang memiliki motif yang terinspirasi dari tenun ikat, seperti motif Kuda Sepasang yang melambangkan kehidupan pernikahan yang harmonis, dan motif Pucuk Mekar yang merupakan simbol penggambaran rasa syukur atas anugerah turunnya hujan[3].

  • Warna: Meskipun tidak secara spesifik disebutkan dalam sumber, batik Kupang cenderung menggunakan warna yang menggambarkan alam dan kehidupan sekitar, seperti biru untuk mewakili langit dan laut, serta hijau untuk vegetasi[3].

Kekayaan budaya Nusa Tenggara tercermin dalam variasi tenun dan batik khas daerah tersebut, di mana setiap motif, warna, dan teknik pembuatan memiliki makna dan filosofi yang mendalam, mencerminkan kehidupan, kepercayaan, dan kearifan lokal masyarakat Nusa Tenggara[1][2][3][5][6].




4.2 Teknik pembuatan tenun dan batik khas nusa tenggara

Teknik pembuatan tenun dan batik khas Nusa Tenggara menunjukkan keunikan dan kekayaan budaya yang mendalam, melalui proses yang rumit dan penuh dengan nilai artistik. Berikut adalah teknik pembuatan tenun dan batik yang unik dari Nusa Tenggara:

Teknik Pembuatan Tenun Khas Nusa Tenggara

  1. Proses Pembuatan Tenun Bima: Di Bima, proses pembuatan tenun melibatkan empat proses utama, yaitu penggulungan benang atau “Moro Kafa”, pemisahan benang atau “Ngane Kafa”, “Luru Kafa”, dan menenun[4]. Proses ini membutuhkan kehati-hatian dalam mengganti benang dan ketelitian yang tinggi dalam pembuatan motifnya. Alat tenun yang digunakan oleh masyarakat Bima adalah alat tenun jenis Gedogan, yang dipangku oleh penenun dengan posisi duduk serta kaki yang diselonjorkan[4].

  2. Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur: Tenun ikat NTT melibatkan proses pembuatan motif dengan cara mengikat benang dengan tali plastik menurut pola tertentu sebelum dicelupkan pada zat warna. Proses pewarnaan menggunakan bahan alami seperti bunga, tanaman, atau bumbu dapur[7][9].

Teknik Pembuatan Batik Khas Nusa Tenggara

  1. Batik Sasambo: Teknik pembuatan batik Sasambo menggabungkan teknik tenun sebelum dibatik, menciptakan akulturasi budaya batik yang unik[3]. Batik Sasambo diproses dengan menggunakan teknik tradisional, di mana keahlian tangan sang perajin dibutuhkan untuk membuat pola, motif, dan warna pada batik[11].

  2. Batik Kupang Nusa Tenggara Timur: Teknik pembuatan batik di Kupang sama dengan teknik tradisional di Jawa, yaitu dengan menggambar menggunakan alat yang disebut canting. Selain itu, teknik lainnya ada yang memakai alat cap atau kombinasi teknik keduanya[2]. Motif batik Kupang terinspirasi dari tenun ikat, menunjukkan keunikan motif yang sesuai dengan potensi alam dan budaya setempat[2].

  3. Diversifikasi Produk Tenun Ikat Nusa Tenggara Timur dengan Paduan Teknik Tenun dan Teknik Batik: Penelitian ini bertujuan melakukan diversifikasi produk baru dengan cara mengombinasikan teknik tenun ikat dan teknik batik dalam selembar kain, menciptakan produk "nuntik" (tenun + batik = nuntik)[9]. Proses ini melibatkan perencanaan tenun, pemilihan desain, teknik pewarnaan, penggunaan bahan pewarna dan fiksasi sehingga dihasilkan kain nuntik warna alam yang berkualitas[9].

Teknik pembuatan tenun dan batik khas Nusa Tenggara ini tidak hanya menunjukkan keahlian dan kreativitas masyarakat lokal dalam menghasilkan karya seni tekstil, tetapi juga merefleksikan nilai-nilai budaya, tradisi, dan kearifan lokal yang mendalam[3][4][9][11].



4.3 Motif yang umum digunakan pada tenun dan batik khas nusa tenggara

Motif yang umum digunakan pada tenun dan batik khas Nusa Tenggara mencakup berbagai simbolisme dan makna yang mendalam, mencerminkan kekayaan budaya dan tradisi masyarakat setempat. Berikut adalah beberapa motif tersebut beserta maknanya:

Tenun Songke Manggarai, NTT

  • Motif Su'i: Menggambarkan kehidupan masyarakat Manggarai yang dibatasi oleh peraturan adat. Garis-garis pada motif ini juga melambangkan segala sesuatu yang memiliki akhir, seperti hidup yang akan menemui ujungnya[3].

  • Motif Jok: Menyerupai bentuk rumah adat gendang, melambangkan persatuan, baik dengan Allah, sesama manusia, maupun dengan alam sekitar[3].

  • Motif Ntala (Bintang): Berkaitan dengan harapan yang baik dan setinggi-tingginya seperti bintang di langit, serta memberikan dampak yang baik bagi sesama dan lingkungan sekitar[3].

  • Motif Ranggong: Menyerupai laba-laba, simbol kejujuran dan kerja keras[3].

Tenun Ikat Timor Tengah Utara, NTT

  • Motif Buna: Menampilkan corak geometris yang rumit dan penuh warna, biasanya terdiri dari garis-garis, kotak-kotak, dan segitiga-segitiga yang saling bersilangan[4].

  • Motif Sotis: Salah satu motif tenun yang paling banyak dibuat, relatif lebih mudah dibuat dan memiliki durasi pembuatan yang lebih singkat[4].

Batik Sasambo, NTB

  • Motif Sasambo: Meliputi kehidupan masyarakat, adat istiadat, dan budaya suku setempat dengan warna cerah seperti merah, biru, hijau, dan kuning[1].

  • Motif Mada Sahe (Mata Sapi): Berupa desain geometris belah ketupat dan garis-garis zig-zag, menggunakan warna hitam sebagai dasaran[1].

  • Motif Kakando (Tunas Bambu): Melambangkan keuletan dan semangat dalam menjalani hidup[1].

  • Motif Uma Lengge (Rumah Adat Bima): Menggambarkan bentuk bangunan tradisional rumah panggung dengan warna cerah[1].

Batik Kupang, NTT

  • Motif Kuda Sepasang: Memiliki corak geometris yang terinspirasi dari tenun ikat, melambangkan kerukunan dan kemakmuran[5].

  • Motif Pucuk Mekar: Mengambil inspirasi dari hujan, simbol penggambaran rasa syukur dan kebahagiaan atas anugerah turunnya hujan[5].

Motif-motif ini tidak hanya menunjukkan keindahan visual tetapi juga mengandung nilai-nilai filosofis yang mendalam, mencerminkan hubungan masyarakat dengan alam, kepercayaan, dan kehidupan sosial mereka.


Dalam tenun dan batik Nusa Tenggara, setiap motif dan desain yang digunakan tidak hanya memiliki keindahan estetika tetapi juga mengandung pengertian, filosofi, dan makna yang mendalam, yang seringkali terkait dengan kehidupan sosial, alam, dan kepercayaan masyarakat setempat.

Batik Sasambo (Nusa Tenggara Barat)

  • Motif Daun Bebele: Motif ini mengambil inspirasi dari daun pegagan (Centella asiatica) yang merupakan bagian penting d

  • ari makanan sehari-hari masyarakat Sasak di Lombok. Motif ini mencerminkan keberadaan dan pentingnya tanaman ini dalam kehidupan masyarakat setempat[1].

Dalam tenun dan batik Nusa Tenggara, setiap motif dan desain yang digunakan tidak hanya memiliki keindahan estetika tetapi juga mengandung pengertian, filosofi, dan makna yang mendalam, yang seringkali terkait dengan kehidupan sosial, alam, dan kepercayaan masyarakat setempat.

Batik Sasambo (Nusa Tenggara Barat)

  • Motif Daun Bebele: Motif ini mengambil inspirasi dari daun pegagan (Centella asiatica) yang merupakan bagian penting dari makanan sehari-hari masyarakat Sasak di Lombok. Motif ini mencerminkan keberadaan dan pentingnya tanaman ini dalam kehidupan masyarakat setempat[1].

  • Motif Sasambo: Meliputi kehidupan masyarakat, adat istiadat, dan budaya suku setempat dengan warna cerah seperti merah, biru, hijau, dan kuning. Motif ini mencerminkan kerukunan dan kebersamaan dari tiga suku besar di NTB: Sasak, Samawa, dan Mbojo[1][7].

  • Motif Mada Sahe (Mata Sapi): Berupa desain geometris belah ketupat dan garis-garis zig-zag dengan warna dasar umumnya hitam. Motif ini menggambarkan mata sapi, yang mungkin memiliki kaitan dengan pentingnya hewan ternak dalam kehidupan masyarakat[1].

  • Motif Kakando (Tunas Bambu): Melambangkan keuletan dan semangat dalam menjalani hidup, seperti tunas bambu yang selalu mencari celah untuk tumbuh[1].

  • Motif Uma Lengge (Rumah Adat Bima): Menggambarkan bentuk bangunan tradisional rumah panggung yang merupakan ciri khas etnis Samawa dan Mbojo, terinspirasi dari lumbung penyimpanan beras dalam budaya Bima[1].

Tenun Songke Manggarai (Nusa Tenggara Timur)

  • Motif Su'i: Menggambarkan kehidupan masyarakat Manggarai yang dibatasi oleh peraturan adat. Garis-garis pada motif ini juga melambangkan bahwa segala sesuatu memiliki akhir, termasuk kehidupan[2].

  • Motif Jok: Menyerupai bentuk rumah adat gendang, melambangkan persatuan dengan Allah, sesama manusia, dan alam sekitar[2].

  • Motif Ntala (Bintang): Berkaitan dengan harapan yang baik dan setinggi-tingginya seperti bintang di langit, memberikan dampak yang baik bagi sesama dan lingkungan sekitar[2].

  • Motif Ranggong: Menyerupai laba-laba, simbol kejujuran dan kerja keras, ideal untuk masyarakat Manggarai dan sosok pemimpin[2].

  • Motif Wela Runu: Berbentuk bunga kecil, mengandung arti bahwa setiap kehidupan memiliki manfaat meskipun tampak tak berarti[2].

Batik Kupang (Nusa Tenggara Timur)

  • Motif Liris Kupang: Ditandai dengan garis-garis geometris dan hiasan tenun ikat di ujungnya, mengekspresikan penghargaan dan harapan baik[3].

  • Motif Pucuk Mekar: Mengambil inspirasi dari hujan, simbol rasa syukur dan kebahagiaan atas anugerah turunnya hujan[3].

  • Motif Teguh Bersatu: Melambangkan persatuan kekuatan adat dan budaya masyarakat dengan tetap terbuka pada hal-hal baru, penghormatan dan toleransi pada budaya lain yang berbeda[3].

  • Motif Kupang Rukun: Memiliki makna tentang persatuan serta hubungan gotong-royong antar masyarakat[3].

Tenun Sumba (Nusa Tenggara Timur)

  • Motif Ayam: Melambangkan kesadaran dan kepemimpinan yang melindungi, sering ditemukan di pasar tradisional Sumba Timur[5].

  • Motif Kuda: Melambangkan kejantanan, kebesaran, keberanian, ketangkasan, kebanggan, dan status sosial[5].

  • Motif Rusa: Memiliki makna yang tidak secara spesifik disebutkan tetapi mungkin berkaitan dengan keindahan dan persahabatan[5].

Motif-motif ini tidak hanya menambah keindahan pada kain tenun dan batik tetapi juga mengkomunikasikan nilai-nilai budaya, sejarah, dan filosofi masyarakat Nusa Tenggara. Melalui pemahaman makna di balik motif-motif ini, kita dapat menghargai dan melestarikan warisan budaya yang kaya dari Nusa Tenggara[1][2][3][5].

Dapatkan informasi
Budaya Indonesia terkini

Berita Budaya Terkini