Sate Kere: Kisah Kuliner Perlawanan dari Solo

17 Agu 2024

Solo, 17 Agustus 2024 - Di tengah beragam kuliner yang menghiasi kota Solo, ada satu hidangan yang menyimpan cerita panjang tentang kreativitas dan perjuangan masyarakat: Sate Kere. Hidangan ini bukan sekadar camilan lezat, tetapi juga menjadi simbol perlawanan terhadap ketimpangan sosial di masa lalu.

Asal-Usul yang Penuh Makna

"Sate Kere lahir dari keterbatasan, namun menjadi bukti kekayaan kreativitas kuliner masyarakat Solo," ujar Dr. Retno Sayekti, ahli sejarah kuliner dari Universitas Sebelas Maret. Pada zaman kolonial, sate menjadi makanan ekslusif yang hanya bisa dinikmati kaum priyayi dan penjajah. Masyarakat kelas bawah, yang tidak mampu membeli daging, menciptakan versi sate mereka sendiri menggunakan bahan-bahan yang terjangkau.

Bahan Sederhana, Rasa Luar Biasa

Sate Kere terdiri dari bahan-bahan sederhana namun kaya nutrisi:

  • Tempe gembus (ampas tahu)

  • Jeroan sapi (hati, babat, usus, atau paru)

  • Lontong

  • Bumbu kacang atau sambal kecap

  • Bawang merah dan cabai

"Meski menggunakan bahan non-daging, cita rasa Sate Kere tidak kalah dengan sate daging pada umumnya," jelas Ibu Sari, penjual Sate Kere legendaris di Pasar Gede Solo.

Proses Pembuatan yang Penuh Dedikasi

Pembuatan Sate Kere memerlukan ketelitian dan kesabaran:

  1. Tempe gembus dimasak dengan bumbu bacem

  2. Jeroan sapi direbus hingga empuk

  3. Bahan-bahan ditusuk dan dibakar

  4. Disajikan dengan lontong, bumbu kacang atau sambal kecap

  5. Ditaburi irisan bawang merah dan cabai

"Setiap langkah dalam pembuatan Sate Kere memiliki makna tersendiri. Ini bukan sekadar memasak, tapi melestarikan warisan kuliner," tambah Ibu Sari.

Lebih dari Sekadar Makanan

Sate Kere bukan hanya tentang rasa, tetapi juga tentang sejarah dan perjuangan. "Nama 'kere' yang berarti miskin dalam bahasa Jawa, sebenarnya adalah bentuk sindiran halus terhadap ketimpangan sosial masa itu," jelas Dr. Sayekti.

Hidangan ini menjadi simbol perlawanan terhadap budaya feodal yang kental di masyarakat Jawa. Meski lahir dari keterbatasan, Sate Kere justru menunjukkan kekayaan kreativitas dan semangat pantang menyerah masyarakat Solo.

Sate Kere di Era Modern

Kini, Sate Kere telah melampaui batas-batas kelas sosial. "Sate Kere bukan lagi makanan kelas bawah. Ini adalah warisan kuliner yang dinikmati semua kalangan," ujar Anwar Basuki, food blogger asal Solo.

Hidangan ini kini hadir di berbagai acara, mulai dari jamuan formal hingga camilan santai. Beberapa restoran mewah bahkan mulai memasukkan Sate Kere dalam menu mereka, tentu dengan penyajian yang lebih modern.

Penutup

Sate Kere adalah bukti bahwa kreativitas bisa lahir dari keterbatasan. Hidangan ini bukan hanya mengenyangkan perut, tetapi juga mengisahkan sejarah panjang perjuangan dan kreativitas masyarakat Solo.

"Mari kita nikmati Sate Kere bukan hanya sebagai camilan lezat, tetapi juga sebagai penghormatan kepada leluhur kita yang telah menciptakan warisan kuliner ini," ajak Dr. Sayekti menutup pembicaraan.

Bagi SobatHW yang berkunjung ke Solo, jangan lewatkan kesempatan untuk mencicipi Sate Kere dan merasakan sendiri kelezatan yang lahir dari sejarah panjang perjuangan dan kreativitas.


Original article: https://hellowayang.com/articles/hellolearn/sate-kere-sate-miskin-dari-solo

Dapatkan informasi
Budaya Indonesia terkini

Berita Budaya Terkini