Papua_Humaniora
16 Agu 2024

2.1 Sejarah, sastra, dan filsafat di Papua
Sejarah, sastra, dan filsafat di Papua memiliki peran penting dalam membentuk identitas budaya wilayah ini. Berikut adalah temuan yang mencerminkan kontribusi mereka:
Sejarah Papua: Sejarah Papua sering kali kurang mendapatkan tempat dalam narasi sejarah Indonesia yang lebih luas, namun wilayah ini memiliki sejarah yang unik dan penting, termasuk masa prasejarah, era perdagangan dengan kerajaan-kerajaan Nusantara, dan masa kolonialisme Belanda³.
Sastra Papua: Sastra di Papua berkembang dari tradisi lisan yang kaya menjadi sastra tulis yang mencerminkan kondisi tanah Papua, manusia, kebudayaan, dan alamnya. Sastra lisan ini penuh dengan nilai moral dan kearifan dalam kosmologi kehidupan masyarakat Papua¹.
Filsafat Papua: Meskipun tidak banyak didokumentasikan dalam bentuk tulisan, filsafat Papua tercermin dalam nilai-nilai dan cara pandang masyarakat terhadap alam, kehidupan, dan leluhur. Ini mencakup konsep-konsep seperti hubungan manusia dengan alam dan roh, serta pemahaman tentang keseimbangan hidup².
Sejarah Papua memberikan konteks bagi masyarakat untuk memahami asal-usul dan peristiwa penting yang telah membentuk identitas budaya saat ini. Sastra, baik lisan maupun tulis, menjadi sarana ekspresi dan pelestarian nilai-nilai budaya, sementara filsafat menawarkan kerangka berpikir yang mendalam tentang hubungan manusia dengan alam semesta. Ketiga aspek ini bersama-sama menciptakan tapestri budaya yang kaya dan dinamis, yang terus berkembang dan beradaptasi seiring dengan perubahan zaman. Mereka tidak hanya memperkaya kehidupan sosial dan budaya di Papua tetapi juga menjadi aset penting dalam menjaga keunikan dan keaslian budaya Papua di tengah arus globalisasi.
2.2 Kontribusi Humaniora
Karya sastra, pemikiran filosofis, dan studi sejarah memiliki peran penting dalam memahami dan melestarikan kebudayaan Papua. Berikut adalah daftar kontribusi dari masing-masing aspek humaniora tersebut:
Karya Sastra: Menjaga dan menghidupkan kembali cerita rakyat, mitos, dan legenda yang menjadi fondasi moral dan sosial masyarakat Papua.
Pemikiran Filosofis: Memberikan kerangka berpikir dalam memahami hubungan manusia dengan alam, spiritualitas, dan eksistensi dalam konteks budaya Papua.
Studi Sejarah: Membantu memetakan perjalanan panjang masyarakat Papua, dari masa prasejarah hingga era modern, dan memahami perubahan sosial serta budaya yang terjadi.
Humaniora memainkan peran kunci dalam kebudayaan Papua. Sastra tidak hanya sebagai sarana ekspresi artistik tetapi juga sebagai alat untuk mengkomunikasikan nilai-nilai tradisional dan memperkuat identitas budaya. Pemikiran filosofis membantu masyarakat Papua dalam mempertanyakan dan memahami peran mereka dalam lingkungan yang lebih luas, baik secara fisik maupun metafisik. Studi sejarah memberikan konteks yang lebih luas tentang asal-usul dan evolusi kebudayaan Papua, memungkinkan generasi saat ini untuk menghargai dan melestarikan warisan leluhur mereka. Dengan demikian, humaniora tidak hanya memperkaya kehidupan intelektual masyarakat Papua tetapi juga menjadi fondasi dalam pelestarian dan pengembangan budaya mereka di tengah perubahan zaman. 🌿🌺🌏
2.3 Perkembangan Humaniora
Perkembangan Pendidikan Humaniora di Papua: Pendidikan di Papua telah berkembang seiring waktu, dengan upaya sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan⁶. Pendidikan di Papua tidak terlepas dari usaha keras dari pemerintah baik pusat maupun daerah beserta komponen bangsa yang lain seperti TNI/Polri dan tentu saja peran aktif dari seluruh masyarakat khususnya masyarakat Papua itu sendiri⁶.
Institusi Pendidikan di Papua: Ada berbagai institusi pendidikan di Papua yang berperan penting dalam menciptakan harmonisasi dan toleransi di Bumi Cenderawasih, seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Yapis³. Data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Papua 2023 menggambarkan kondisi pendidikan Papua berdasarkan hasil Susenas Maret 2023¹².
Tokoh-Tokoh Penting dalam Pendidikan Humaniora di Papua: Beberapa tokoh penting dalam pendidikan di Papua adalah Thom Wospakrik dan Hans Jacobus Wospakrik¹². Thom Wospakrik, lahir pada 1 Januari 1922, merupakan tokoh utama pengurus Yayasan Pendidikan Kristen (YPK). Ia memperjuangkan kemajuan pendidikan untuk orang Papua melalui YPK¹². Hans Jacobus Wospakrik, anak dari Thom Wospakrik, lahir pada 10 September 1951 di Serui. Ia berkuliah di jurusan fisika di Institut Teknologi Bandung pada tahun 1976 dan menjadi dosen fisika teoretik¹².
Pengaruh Pendidikan Humaniora terhadap Wacana Intelektual dan Budaya di Papua: Pendidikan memiliki peran penting dalam membangun SDM pekerja keras yang dinamis, produktif, terampil, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi didukung dengan kerjasama industri dan talenta global¹². Pendidikan di Papua mencerminkan nilai-nilai dan budaya lokal dengan lebih baik melalui pendekatan inklusif, kolaboratif, dan integratif⁸. Pendidikan agama memiliki peran krusial dalam menyediakan jembatan antara identitas seorang muslim dengan seorang warga negara Papua⁹.
2.4 Peran Media, Teknologi dan Digitalisasi
Peran Media: Media memiliki peran yang sangat signifikan dalam membentuk dan mengubah identitas budaya⁶. Dalam era digital, media tidak hanya menjadi saluran untuk menyampaikan pesan-pesan budaya, tetapi juga menjadi wadah di mana budaya direproduksi, direpresentasikan, dan terkadang, direkayasa⁶. Media digital memengaruhi pembentukan dan perubahan identitas budaya dalam masyarakat yang terhubung secara global⁶.
Peran Teknologi: Teknologi informasi yang berkembang pesat saat ini mengakibatkan masyarakat Papua lebih mudah mengakses tentang berbagai tari-tarian atau model pakaian dan melakukan peniruan budaya luar tersebut³. Namun, transformasi digital di Papua masih menghadapi tantangan yang kompleks, seperti masih kuatnya pengaruh adat, rendahnya budaya berpemerintahan, tingginya ancaman keamanan¹.
Peran Digitalisasi: Digitalisasi budaya merupakan suatu konsep pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan daya guna dalam bidang kebudayaan, terutama dalam hal pengelolaan, pendokumentasian, penyebarluasan informasi dan pengetahuan dari unsur-unsur kebudayaan⁹. Digitalisasi telah merubah cara hidup, berinteraksi, dan berbudaya bagi masyarakat Indonesia¹¹. Dalam prosesnya, ada kekhawatiran bahwa nilai-nilai kemanusiaan yang selama ini menjadi ciri khas bangsa ini mulai terkikis, dan budaya lokal semakin terancam¹¹.
Secara keseluruhan, media, teknologi, dan digitalisasi memainkan peran penting dalam transformasi dan diseminasi aspek-aspek humaniora terkait budaya Papua. Namun, tantangan dan dampak negatif yang muncul dari proses ini juga perlu menjadi perhatian dalam upaya pelestarian dan pengembangan budaya Papua.
